Tuak atau air tuak yang dihasilkan dari Pohon Arena tau Pohon Bagot (penyebutan nama pohon aren di Tanah Batak-red) ternyata bisa dipergunakan untuk menghalau virus corona atau Covid-19 yang sedang menggegerkan dunia belakangan ini akibat dampaknya yang dapat mematikan.
Selain itu, dari pepohonan yang banyak tumbuh subur di berbagai wilayah di Indonesia itu, khususnya di Kawasan Danau Toba (KDT), tuak bisa dijadikan hand sanitizer atau cairan pencuci tangan untuk membersihkan mikroba, bakteri dan virus.
Di tengah sulitnya mencari bahan pelindung mulut, masker untuk menghalau penyebaran virus corona, Jainal Pangaribuan menyarankan, menggunakan tuak bisa menangkal dan membersihkan virus corona dari badan.
Dia juga menyampaikan, pohon aren atau bagot, sangat efektif menjadi tempat menghalau virus di udara. Sebab, daun-daun aren, pelepah dan ijuk yang dihasilkan pohon aren, sangat efektif menangkal penyebaran berbagai jenis virus, termasuk menangkal virus corona.
“Pelepah dan ijuknya saja bisa menampung virus dan akan bersarang di sana, sampai usia virus itu mati. Selain itu, oksigen yang dihasilkan pohon ini, akan sangat membantu menghadapi penyebaran virus,” jelas Jainal Pangaribuan.
Jainal Pangaribuan dan kawan-kawannya yang sudah puluhan tahun mengembangkan produksi pohon aren di Bitung, Sulawesi Utara (Sulut) ini juga menegaskan, air tuak dari pohon bagot, bisa dijadikan alternative mencegah penyebaran virus corona.
“Kami telah mencoba dalam satu minggu ini, ijuknya bisa dibuat topi untuk menangkal virus. Air tuaknya untuk cuci tangan bahan hand sanitizer. Dan tuak juga diminum secukupnya, untuk menghalau bibit bakteri atau virus di rongga mulut dan tenggorokan,” ungkap Jainal Pangaribuan.
Untuk jangka menengah dan panjang, lanjut pria yang juga telah mendapat sertifikasi pembibitan biji aren ini, penanaman pohon aren akan menyelamatkan manusia dan lingkungan dari berbagai bencana alam dan iklim yang menyebabkan berbagai penyakit.
Dia menegaskan, tiga manfaat besar pohon aren. Manfaat lingkungan, manfaat sosial dan budaya serta manfaat ekonomi.
“Penanamannya tidak rumit. Untuk menjangkau lembah-lembah curam saja kita bisa mempergunakan ketapel buatan sendiri. Supaya bibit aren nyampe diketapelkan. Di tanah berbatu juga aren bisa tumbuh dengan baik,” ujarnya.
Seraya menyampaikan landasan filosofis, bahwa hanya ada dua jenis pohon yang disebutnya dianugerahkan Tuhan dengan fungsi dan kemanfaatan yang sama, yakni pohon ara yang banyak ditemui di daerah Timur Tengah, dan pohon aren yang banyak terdapat di Indonesia.
Akar-akar kedua pohon ini sangat baik menjaga tanah dan menampung air untuk penyuburan tempatnya tumbuh. Tahan berbagai cuaca dan iklim. Tidak milih-milih tanah yang harus datar atau gembur untuk tumbuh.
Nah, di Kawasan Danau Toba (KDT) tanah berbatu dan curam juga banyak. Tanah-tanah yang selama ini dianggap kurang produktif bisa ditanami juga dengan pohon aren. Supaya produktif.
“Oksigen juga berguna membunuh virus penyakit. Kita manusia Ciptaan Yang Maha Kuasa meyakini, saat manusia diciptakan Sang Khalik meniupkan nafas kehidupan ke rongga pernafasan manusia, maka hiduplah manusia. Pohon aren ini, juga kita yakini sebagai pohon yang diciptakan Tuhan untuk memberikan nafas kehidupan. Nafas dari Sang Khalik. Dengan memproduksi oksigen,” jelasnya.
Jika sudah berusia 2 hingga 3 tahun, Jainal Pangaribuan mengatakan, tidak kurang dari 200 liter oksigen per hari yang diproduksi oleh satu pohon aren.
“Nantinya, jika sudah banyak pohon aren yang ditanami, akan mampu menangkal pemanasan global. Dan juga akan bisa dikembangkan untuk berbagai kebutuhan manusia. Termasuk untuk bioenergi dan biofuel,” tutupnya. (mol/red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar